Kamis, 25 April 2019

Catatan Lama

Penghuni Langit

(diposting pertama kali pada 8 Okt 2013)

Sepenuhnya, air di wajah sudah meleleh. Kering dalam sujud di atas sajadah panjang masjid kampus. Terasa sedikit lembab karena bekasnya. Juga terasa dingin seperti penyegar muka. Coba saja, wudlu lah. Aku jamin itu yang akan benar-benar terasa. Aku pun

Jumat, 08 Maret 2019

Cerita PPG: Berkenalan Dengan Kurikulum 2013

Dilema,” katanya…

(diposting pertama kali pada 29 Juli 2013)

Kursi berjajar rapi membentuk garis-garis yang lurus. Setiap celahnya sulit dikenali karena sudah diduduki oleh lebih dari 200 orang. Tentu saja kursi itu ditata sedemikian rupa untuk acara resmi, apalagi kalau bukan sebuah pertemuan. Masih di gedung sama, kursi itu kembali aku duduki di baris paling akhir. Aku memang datang terlambat pagi itu. Ternyata pemandangan dari belakang jauh lebih amazing.
 
Sebelum sampai di tempat duduk itu, aku sempat berdiri terpaku di depan pintu. Aku malu. Ini adalah kesekian kalinya aku masuk ke ruang itu. Ruang dengan balutan wallpaper warna coklat muda dan tuan yang saling beradu. Mirip dengan irisan roti coklat beserta ukiran sebagai hiasannya. Tapi, terlambat itu benar-benar terasa tidak enak. Ada rasa malu dan takut yang beradu seperti warna wallpaper yang aku raba pelan saat memasuki ruangan itu. Halus sekali. terlambat adalah cara terbaik untuk meluluhkan pedoman disiplin diri. Seharusnya aku bangun lebih cepat pagi itu sehingga tidak terlambat.
 
Deret terakhir menjadi markas paling aman. Pasti aku terlihat sangat kecil dari sudut pandang pembicara di depan. Aku pun duduk dengan percaya diri, ku pasang senyum tenang. Sepertinya kedatanganku yang sedikit terlambat itu tidak diketahui. Lalu segera ku arahkan konsentrasi ke topik materi yang sedang disampaikan Prof. Luthfi pagi itu. Agenda lengkapnya adalah Semiloka Kurikulum 2013. Besar harapan ku untuk mendapatkan pencerahan dari dilema mengenai kurikulum 2013.
 
Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB. Sudah cukup siang untuk memanaskan otak dengan sebegitu banyak informasi dasar pemikiran perubahan kurikulum. Perlu ada penyegaran otak untuk memaknai isi kurikulum 2013. Bukan penyampaian secara ekplisit tapi butuh cara lain agar lebih efisien. Maka terpampang lah sebuah slide, hanya satu slide itu. Tidak kurang dari 1,5 jam kami semua memandang slide berwarna dasar hitam itu. Ada empat pertanyaan yang setiap pertanyaannya memiliki tingkat analisis logis yang berbeda. Keempat pertanyaan itu lah yang pada akhirnya mengantarkan kami pada pemahaman scientific approachdalam kurikulum 2013. “Pak Wahono ini punya gaya nyentrikkalau jadi pemateri, satu slide sudah cukup,” gumamku dalam batin.
 
*****************************************
 
Hari kedua terlihat lebih cerah dan hangat. Pagi belum terlalu mengaburkan hawa dingin ketika seluruh peserta PPG SM3T mulai beranjak dari ranjang susunnya masing-masing. Antrian pun terbentuk hampir di setiap kluster-kluster asrama. Antrian mandi, seperti biasa. Senyum sumringahmengiringi langkah menuju Gedung Wiyata Mandala P3G Unesa. Bertahap, berbondong-bongdong. Tiap ruang pun mulai dipenuhi peserta kelanjutan semiloka kurikulum 2013. Agenda hari itu adalah workshop pembuatan RPP dari silabus kurikulum 2013 yang sudah disediakan pemerintah itu.
 
Kursi di ruang IPS 1 lantai 5 sudah penuh sesak. Setiap orang mengeluarkan bekal masing-masing. Bukan makanan tentunya karena bulan ini adalah ramadhan. Mereka menyalakan laptop, satu orang menyalakan satu laptop. Rata-rata ada 40 orang per ruangan yang berarti ada 40 laptop menyala. Tiap laptop setidaknya memakai energy listrik 60 watt selama 2 jam untuk melakukan charge batrey. Dan di gedung itu sedang ada 276 orang ditambah dosen dan ruang secretariat yang sedang sama-sama menyalakan laptop atau komputer. Tak heran jika pak dahlan iskan selalu bersemangat menciptakan sumber pembangkit listrik baru. Juga semagatnya untuk  membuat terobosan energi terbarukan sebagai pengganti migas.
 
Hari semakin siang, semakin panas, dan semakin terang. Semakin siang berarti semakin berkurang energi tubuh peserta. Semakin panas tapi tak lebih panas dari suhu kepala para peserta. Semakin terang tapi tak seterang pengetahuan peserta tentang kurikulum baru ini, kurikulum 2013. Sekali pun kondisi fbanyak yang bertolak belakang, ada satu hal yang sama dalam diri setiap peserta yaitu rasa ingin tahu dan semangat untuk menaklukkan dilema tentang kurikulum 2013.
 
“Sebenarnya saya masih ragu ketika merumuskan indikator dari KD dari ranah afektif spiritual dan sosial. Sebenarnya menurut saya lebih mudah melakukan implementasi di kelas daripada menuliskannya dalam bentuk redaksional yang tepat di RPP. Terlebih kata-kata yang dari tadi saya ketik dan saya hapus berulang kali ini benar-benar membuat saya dilemma,” ungkap seorang peserta. Seorang yang lain berkata, “Saya malah belum bisa menjabarkan scientific approach dari kurikulum 2013 ke dalam ilmu sosial seperti bidang saya ini.”
 
Jika bisa berbohong, tentu aku tidak akan menulisnya di sini. Tapi ini lah kejujuran yang sebenarnya pahit. Bukan berarti kami menyerah, kami tetap membuat RPP seperti yang ditugaskan. Namun perasaan tidak puas masih menyelimuti benak kami. Jujur, kami benar-benar masih perlu banyak bekal dari pihak pusat kurikulum, dosen, dan praktisi pendidikan mengenai implementasi kurikulum 2013.

Senin, 18 Februari 2019

Kunci menjadi Guru Abad 21, Pertama...

Salam hormat para Kawan Guru yang hebat. Kali ini saya ingin membagikan kunci sukses menjadi Guru Abad 21. Tentu Kawan Guru semua sudah tau bahwa tantangan Abad 21 sudah si depan mata. Maka, pihak pertama

Sajak Guru (1)

Adalah

Aku adalah api
Yang tidak boleh bertemu api
Api memakan api agar menjadi berapi-api
Lalu saling menyakiti

Aku adalah api
Yang tidak boleh bertemu

Sudah Bertamu Sebanyak